Panas Ini Membunuhku

Lucu adalah ketika pada saat itu, tahun 2017 bulan Sepuluh, demam menggigil tak bisa tidur justru melahirkan bait yang awalnya ingin disampaikan pada koruptor melegenda yang hadir di zaman itu. Terkuak lagi setelah membuka folder-folder rahasia di gawai yang tak tersentuh. Walau akhirnya telah jadi tahanan, mungkin akan lebih baik kalau tulisan ini disimpan dalam bentuk maya agar jadi pengingat buat saya utamanya. Jadi kiranya beginilah isinya


Dalam panas raga ini aku memandangmu
Di tengah riuh angin yang mengelukan padi, si saksi bisu
Dalam riak air yang bercerita pada awan,
Tentang perjalanannya sampai kembali ke haribaan-Nua
Aku si Gatotkaca itu
Otot kawat baung wesi menonjolkan kekuatanku
Tapi rupanya aku pun belum bisa mengalahkanmu


Layaknya belut listrik yang licin nan licik
Kelabuhi sajalah semua yang memburumu,
jatuh bangun berdiri lagi
Disentuh sedikit katanya sakit, agaknya kau memang sakit
Mungkin hidup dan matimu indah di Indonesia
Yang bahkan Ibu Pertiwi menangis pun kau balas tawa
Yang bahkan kata orang jika engkau berlari di stadion,
maka dialah yang berputar mengelilingimu
Tunggulah, duduk manislah, hirup kopimu
Krena kami kan bersatu, mengejarmu untuk menangkapmu


Aku tahu sejatinya kau bukan belut,
Aku tahu dari dulu jikalau,
Kau, Setya Novanto, memang curut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Edisi 6

Resensi Buku Edisi 1