Kabar Baik - Kaleidoskop 2020

 Burung Pagi yang saling bersaut
Merdu terbentuk di mulut-mulut
Kini berpadu hanya melagukan satu
Nada dan irama yang padu

Dengar, hujan turun lebih rajin, kawan
Bertahta mendungnya awan
Menghunjam tanpa jeda, tapi-tapi
Langsung ke dalam bui
Yang tak bertambah jumlah penghuni
Sebebas air di samudera dini hari

Ijuk dan lidi tak lagi terkarya
Tukang sapu gulung tikar
Jalanan asing dengan pengguna
Pasar asing dengan penjaja
Sepi dari rasa

Kota dibuka dan desa ditutup
Negara membentang tapi rakyatnya meringkuk
Luap api dan kayu suka menyahut
Politisi menciut akademisi menyambut
Ramai dalam kabut

Zona hampa mulai ditelisik
Saling berspekulasi dengan intrik
Siapa sebabkan apa
Bagaimana menjawab mengapa

Jadi ini pelajaran kosmik
Dengan cara paling antik
Minta menghamba jadi lara
Bukan jiwa yang jadi makna

Sungai ada sebab alirannya
Bukan biota yang ikut di dalamnya

Air sampai. Air abadi. Air selamanya
Biota mati. Terdegradasi. Melewatinya
Kembali
Pada angka romawi,
Perlambangan infinity
Karena yang pasti
Untaian yang berkelindan bercabang kelak teruraikan sendiri

Bunga melati pujaan hati
Kunanti
Ke mana pun engkau pergi
Menyongsong nyanyian burung pagi
Senandung seumpama melodi
Sekaya rona mentari yang menghiasi
Wajah kami
Sekali lagi.

Dibuat di Yogyakarta
29/03/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Edisi 6

Resensi Buku Edisi 1