Resensi Buku Edisi 11
Judul Buku : Humankind - A Hopeful History
Penulis : Rutger Bregman
Penerbit : Blomsbury Publising
Terbit : 2020
Tebal : 496 + xxii halaman
Sejarah panjang umat manusia selalu bisa menjadi bahan yang amat menarik untuk digali dan didiskusikan. Faktanya, walaupun dengan berbagai macam kajian, tulisan, penelitian yang telah berkembang hingga saat ini masih banyak tabir misteri yang belum bisa terjawab. Termasuk sebab musabab evolusi dan kehadiran umat manusia itu sendiri dalam dunia ini. Menurut para ahli sains. Beda halnya dengan penciptaan manusia menurut teologi yang agaknya dalam pembahasan kali ini tidak terlalu akan disangkut pautkan supaya tidak menimbulkan lompatan fokus yang berbeda.
Sejak di bangku sekolah, kita telah terpapar dengan sejarah umat manusia dengan dikenalkan pada jenis manusia purba, bagaimana perubahan sifat dan nature dari manusia yang dulu gemar berburu dan meramu, penuh dengan kehidupan nomaden, lalu mulai berkenalan dengan sistem pertanian dan menjadi manusia sedenter, hingga akhirnya berkelompok menjadi lebih besar membentuk desa, kota, bahkan negara. Namun, dari sejarah itu kita mudah beranggapan bahwa manusia purba, kehidupan prasejarah, penuh dengan intrik dan konflik yang memungkinkan pembunuhan massal bahkan peperangan yang kerap terjadi.
Termasuk pada saat kehidupan manusia di zaman kerajaan. Perluasan daerah kekuasaan, di mana sudah sepenuhnya manusia menjadi makhluk sedenter, bergantung pada sumber daya yang ada di satu wilayah dan mulai mengenal sebutan "menguasai", "berkuasa" dan tentu, "memiliki". Sebuah proses yang panjang dari awalnya manusia hanyalah soal bertahan hidup kemudian mulai berkonflik karena aset. Sifat pun berubah, manusia menjadi makhluk domestik. Hubungan dengan alam pun berubah, semenjak dikenalkan kata "memiliki". Hingga saat ini, peperangan dalam bidang ekonomi, politik, geografi masih menjadi ranah yang panas untuk diperebutkan.
Namun, apakah benar bahwa kini manusia lebih beradab? Apakah sejarah yang kita terima dan pahami adalah benar bahwa dahulu kala sebelum manusia "cukup berpendidikan" dan mengenal aksara, yang diketahui hanya berperang dan berburu? Apakah benar bahwa terdapat pembantaian habis-habisan di suatu pulau di Lautan Pasifik yang bahkan menghabiskan setengah populasinya dengan cara kanibalisme? Apakah benar?
Pertanyaan dan stigma tentang masa lalu, kekejian selama zaman prasejarah, zaman kerajaan, perang dunia pertama dan kedua, bahkan mitos-mitos yang beredar di seluruh dunia akan dibahas secara novelis oleh Rutger Bregman dalam bukunya kali ini. Memuat banyak penjelasan yang, menurut saya, membuka wawasan dan perspektif. Bahkan bisa dibilang, amat menjanjikan soal peradaban umat manusia yang sejatinya bergerak ke arah yang baik dan senantiasa selalu dalam ekosistem yang baik pula. Terkadang, kita lebih mudah menerima dan mengingat kejadian buruk atau tak mengenakkan di sekitar kita, sehingga lupa akan fakta kecil yang lebih bermakna.
Secara keseluruhan, saya sulit menemukan kekurangan buku ini. Tak kaget jika melalui buku ini, Bregman mendapat penghargaan Pulitzer Prize tahun 2020 lalu. Buku yang amat saya rekomendasikan bagi teman-teman yang mencari bacaan non fiksi berbobot tapi cukup ringan untuk digunakan sebagai bahan rehat dan kontemplasi. Buku ini sayangnya belum terdapat versi terjemahan bahasa Indonesianya. Saya membaca versi terjemahan bahasa Inggris (versi asli berbahasa Jerman) dan sepertinya banyak tersedia di toko buku terdekat anda. Selamat membaca!
“An old man says to his grandson: ‘There’s a fight going on inside me. It’s a terrible fight between two wolves. One is evil–angry, greedy, jealous, arrogant, and cowardly. The other is good–peaceful, loving, modest, generous, honest, and trustworthy. These two wolves are also fighting within you, and inside every other person too.’ After a moment, the boy asks, ‘Which wolf will win?’ The old man smiles. ‘The one you feed."
Komentar
Posting Komentar