Resensi Buku Edisi 14
Judul Buku : Max Havelaar
Penulis : Multatuli
Penerbit : Narasi
Terbit : 2022
Tebal : 394 + vi halaman
Buku Max Havelaar bisa dibilang cukup membingungkan secara alur cerita dari awal bab hingga akhir bab. Tapi tidak bisa dibilang bahwa buku ini tidak memiliki tujuan. Tujuan hadirnya buku ini tertulis jelas di bagian terakhir buku, yakni ada dua hal:
- Tujuan paling utama, ingin membuat sesuatu yang bisa disimpan sebagai warisan untuk Max kecil dan adiknya (kedua anak Max Havelaar), ketika orang tuanya meninggal karena kesengsaraan
- "Saya akan dibaca!" oleh negarawan yang berkewajiban memperhatikan tanda-tanda zaman, oleh para sastrawan yang mengungkapkan keburukan, oleh para pedagang yang memiliki ketertarikan pada pelelangan kopi, oleh para pelayan wanita, oleh para pensiunan gubernur jenderal, oleh para meteri, para pejabat istana Yang Mulia, para pengkhutbah, para anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Buku ini sudah seharusnya tidak hanya dikenalkan judulnya saja di sekolah-sekolah, tapi juga diwajibkan untuk membaca isinya, karena sarat akan hal-hal kemanusiaan, keadilan sosial, perjuangan, kemiskinan, penggunaan kekuasaan, yang sebenarnya akan selalu relevan di manapun dan kapanpun selama masih ada oligarki di dunia ini. Sudah sepantasnya buku ini mendapatkan apresiasi lebih dan bukan hanya sekedar menjadi nama bahwa buku yang menyulut perjuangan saat bangsa kita belum menjadi sebuah bangsa.
Buku ini adalah buku yang serius, sehingga meski tergolong karya fiksi tapi tidak bisa kita anggap seperti membaca buku roman picisan. Kami berharap, siapapun yang belum membaca buku ini, menjadi tergerak untuk membacanya. Dan setelah membaca buku ini, mari kita teruskan perjuangan Max Havelaar untuk mewujudkan tata pamong pemerintahan yang jujur, adil, dan bermartabat. Bagaimana pun sulitnya hal tersebut untuk diwujudkan, tapi semoga perjuangan yang sedang ataupun akan diupayakan menjadi bukti nyata kelak di hari pembalasan.
Komentar
Posting Komentar