Resensi Buku Edisi 17

 Judul                     : Troubled Blood (Kecamuk Darah)

Penulis                   : Robert Galbraith

Penerbit                  : Gramedia Pustaka Utama  

Tahun Publikasi      : November 2021

Halaman                  : 976 halaman

Sejauh ini, buku paling tebal yang sudah kubaca dan kutulis dalam resensi. Buku ini adalah buku kelima dari serial novel tentang detektif partikelir Cormoran Strike dengan partnernya, Robin Ellacott. Penulis dari buku ini, Robert Galbraith, adalah nama alias dari J.K Rowling. Yap, sang penulis terkenal dari Harry Potter. Menarik memang mengikuti novel beliau sejak pertama kali muncul di sekitar tahun 2015 lalu dengan mengangkat tema detektif dan segala intrik kasusnya.

“Deare knight, as deare, as euer knight was deare,
That all these sorrowes suffer for my sake,
High heuen behold the tedious toyle, ye for me take . . .”
- Edmund Spencer, The Faerie Queene

Menarik dari buku ini adalah setiap awalan babnya dimulai dengan quote atau puisi Edmund Spencer, yang meski beberapa cukup menantang untuk dipahami, ternyata amat berkaitan dengan isi dari bab tersebut dan memberikan gambaran apa yang akan kita baca dan temui darinya. Sastrawan terkenal yang sepertinya memang dikagumi dan diamini oleh sang penulis.

Buku ini tebal dan sarat dengan cerita yang tidak hanya berfokus pada kasus utama. Tidak seperti kasus-kasus lain di buku sebelumnya yang penuh aksi laga, kali ini perjalanan kasus yang ditelusuri oleh Strike dan Robin sejatinya cukup monoton, penuh dengan wawancara dan pencarian orang yang sudah 40 tahun lamanya tidak ditemukan.

Singkat cerita, kasus bermula sejak anak seorang dokter yang dikabarkan tiba-tiba menghilang bernama dr. Margot Bamborough, di tahun 1974, setelah keluar dari kliniknya dan dikatakan memiliki janji temu dengan sahabatnya di sebuah kedai minuman, tidak ditemukan hingga kini. Sang anak, yang masih merasa kehilangan dan memiliki optimisme besar terhadap kemampuan duo detektif partikelir ini, mencoba mengontak mereka dan meminta bantuan menemukan ibunya (dan mungkin jasadnya).

Perjalanan mencari sang dokter itu tentu tidak mudah. Bukti sudah tidak ada. Hanya sebuah catatan penyelidikan dari polisi yang berakhir gila dan meninggal di rumah sakit, serta asumsi liar dari polisi pengganti yang berhasil menjebloskan seorang pecandu seks dan masokisme ke penjara seumur hidup. Tapi, dr. Margot tetap menjadi misteri.

Hal-hal yang tidak disangka kemudian terungkap. Duo detektif ini mau tak mau harus mendalami perjalanan penyelidikan dan perjalanan hidup masing-masing aktor yang terlibat dan hidup di sekitar korban. Bahkan harus mendalami astrologi dan kartu Tarot, yang amat dibenci oleh Strike, karena mengingatkannya akan ibunya yang menyedihkan.

Di sisi lain, cerita personal dari dua detektif ini pun makin berkembang. Strike kehilangan orang terkasihnya, orang yang amat dia hormati lebih dari kedua orang tua kandungnya (yang sepertinya memang tidak sepenuhnya peduli dengannya). Robin menyelesaikan cerita cinta dan perkawinannya dengan Matthew. Dan, bisa dibilang, meski tetap menjaga hubunga profesionalitas mereka dalam menjaga dan mengerjakan pekerjaan biro detektif mereka, hubungan antara dua detektif ini makin menarik.

Untuk saya, perlu 20 hari untuk menamatkan buku ini. Ditambah kengerian yang tiba-tiba muncul saat membacanya di dini hari saat berjaga di ruang gawat darurat rumah sakit. Kengerian yang tidak terbayangkan oleh nurani dan akal sehat muncul saat akhirnya kasus menemukan titik akhirnya dan resolusi dari pencarian tiada temu selama 40 tahun. Membawa kelegaan yang rumit dan aneh. Menyeruakkan kemarahan dan kecamuk darah.

Menurut informasi di internet, buku Robert Galbraith sendiri sudah akan hadir dengan serial kedelapannya. Maka, saya cukup tertinggal dengan serial ini. Saya pribadi tidak sabar untuk menanti kelanjutan kisah dan kasus-kasus apa yang akan diangkat oleh sang penulis. Sebuah buku yang menarik untuk mengawali tahun 2025 ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Edisi 6

Resensi Buku Edisi 1